Arkeolog Temukan Alat Batu Berusia 1,48 Juta Tahun di Sulawesi, Pertanda Apa?

Sejumlah arkeolog menemukan peralatan batu primitif berusia lebih dari 1 juta tahun di Sulawesi, Indonesia.

Temuan ini menjadi petunjuk baru dalam misteri manusia purba yang dikenal sebagai Homo floresiensis atau “hobbit”, spesies bertubuh kecil yang sebelumnya ditemukan di Pulau Flores.


“Kami telah lama menduga bahwa garis keturunan Homo floresiensis dari Flores, yang kemungkinan merupakan varian kerdil dari Homo erectus Asia awal, berasal dari Sulawesi di utara,” ujar profesor arkeologi di Pusat Penelitian Evolusi Manusia Australia, Universitas Griffith, Dr. Adam Brumm dikutip dari CNN, Jumat (8/8/2025).

“Penemuan teknologi batu yang sangat tua di Sulawesi semakin memperkuat dugaan tersebut,” lanjut dia.

Menurut Brumm, penemuan ini memberi gambaran bahwa wilayah Wallacea, gugusan pulau antara Asia dan Australia, telah dihuni manusia purba jauh sebelum kehadiran manusia modern.

Peralatan batu tersebut diperkirakan berusia 1,04 hingga 1,48 juta tahun. Hal ini menjadikannya bukti tertua permukiman manusia di Sulawesi.

Usia ini bahkan lebih tua dari peralatan batu di Flores yang pernah ditemukan sebelumnya, yakni bertanggal sekitar 1,02 juta tahun lalu.


Para peneliti menduga Sulawesi bisa menjadi jalur awal migrasi nenek moyang Homo floresiensis dari Asia, sebelum mereka sampai di Flores.

Awal mula temuan
Penemuan ini berawal pada 2019, ketika sebuah artefak batu terlihat di singkapan batu pasir di situs Calio, Sulawesi.

Penggalian dilakukan oleh arkeolog senior di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budianto Hakim.

Saat itu, ia menemukan sebuah artefak batu terlihat menonjol dari singkapan batu pasir di area yang dikenal sebagai situs Calio di ladang jagung modern.

Di antara temuan tersebut terdapat tulang rahang Celebochoerus yang kini telah punah, sejenis babi dengan gading atas yang luar biasa besar.

Pada akhir penggalian tahun 2022, tim menemukan tujuh perkakas batu.


Dikutip dari Live Science, Rabu (6/8/2025), penanggalan batu pasir dan fosil menghasilkan perkiraan usia perkakas tersebut, setidaknya 1,04 juta tahun hingga kemungkinan 1,48 juta tahun.

Artefak terkait hominin yang sebelumnya ditemukan di Sulawesi diperkirakan berusia 194.000 tahun.

Meski bentuknya sederhana, pembuatannya membutuhkan keterampilan khusus, menunjukkan adanya populasi hominin yang sudah beradaptasi di wilayah tersebut.

Namun, hingga kini belum ditemukan fosil manusia purba di lokasi itu. Identitas pembuat perkakas ini masih misterius.

“Ini bagian penting dari teka-teki ini, tetapi situs Calio belum menemukan fosil hominin,” kata Brumm.

Para peneliti menduga mereka bisa jadi Homo erectus atau kelompok hominin awal lain yang menyeberang lautan dari daratan Asia.

“Jadi, meskipun kita sekarang tahu ada pembuat alat di Sulawesi sejuta tahun yang lalu, identitas mereka tetap menjadi misteri,” lanjut dia.

Penemuan ini memperkuat bukti bahwa manusia purba telah hidup di beberapa pulau terpencil di Asia Tenggara, termasuk Flores dan Luzon di Filipina.

Selain itu, temuan perkakas purba ini juga memberi pertanyaan lebih lanjut soal bagaimana mereka sampai ke pulau-pulau besar ini.

Teori yang ada menyebut penyeberangan samudra kuno bisa terjadi secara tidak sengaja, misalnya dengan mengapung di atas rakit alami dari tumbuhan, seperti yang dilakukan hewan pengerat atau monyet.

Meski begitu, tantangan arus laut, keberadaan predator, dan jarak yang jauh membuat perjalanan tersebut sangat sulit.

“Jika benar Homo erectus mampu menyeberangi lautan, hal ini menjadi pencapaian besar dalam sejarah migrasi manusia purba,” kata Brumm.

Hingga kini, penelitian di Sulawesi masih berlanjut untuk mencari fosil kunci yang dapat mengungkap identitas pembuat alat batu ini.

Brumm menambahkan, jika Homo erectus memang pernah terisolasi di pulau ini, evolusi mereka bisa mengikuti jalur unik seperti yang terjadi pada Homo floresiensis di Flores.

Para arkeolog meyakini Sulawesi menyimpan kisah penting tentang perjalanan evolusi manusia purba yang belum terungkap sepenuhnya.

sumber: kompas.com

Author: Ido Adelia

Leave a Comment