
Batu Bara Dihantam 2 Pukulan Sekaligus: Harga Terkapar di Tengah Produksi Membludak dan Pergeseran Energi Global
Harga batu bara global terus melemah dalam tiga hari terakhir, sebuah tren negatif yang dipicu oleh lonjakan produksi di Tiongkok dan peningkatan signifikan dalam pemanfaatan energi surya di India. Situasi ini menempatkan komoditas vital ini dalam tekanan jual yang berkelanjutan.Pada perdagangan Rabu, 16 Juli 2025, harga kontrak ICE Newcastle Coal (Jul ’25) terpantau tidak berubah di level *US$110.00 per ton*. Sementara itu, kontrak ICE Rotterdam Coal (Jul ’25) ditutup pada *US$105.15, menunjukkan penurunan -0.40%*. Secara keseluruhan, pergerakan harga batu bara menunjukkan pelemahan yang konsisten di berbagai kontrak, mencerminkan respons pasar terhadap kelebihan pasokan dan permintaan yang melambat.Pelemahan ini memperpanjang tren negatif batu bara yang kini telah turun 3,12% dalam tiga hari beruntun. Harga penutupan pada hari Rabu juga tercatat sebagai yang terendah dalam tujuh hari terakhir, mengindikasikan kekhawatiran yang meningkat di kalangan pedagang.Salah satu pemicu utama pelemahan harga batu bara adalah lonjakan produksi di Tiongkok, konsumen batu bara terbesar di dunia. Data menunjukkan bahwa produksi batu bara Tiongkok dalam enam bulan pertama tahun ini naik 5% secara tahunan. Meskipun gangguan akibat hujan lebat di Tiongkok mungkin dapat mendorong peningkatan permintaan jangka pendek, namun pasokan yang melimpah dari produksi domestik secara efektif menetralkan dorongan kenaikan harga tersebut. Pemerintah Tiongkok dilaporkan mendorong pembangkit listrik untuk meningkatkan stok batu bara domestik hingga total 215 juta ton pada 10 Juni, dalam upaya menopang harga lokal. Namun, beberapa pedagang masih skeptis mengenai efektivitas langkah tersebut.Kabar negatif lainnya untuk batu bara datang dari India, yang telah mencatat kemajuan besar dalam pemanfaatan energi surya. Laporan Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) mengungkapkan bahwa meskipun batu bara masih mendominasi pasokan listrik India, mencakup hampir 73% (157,6 GW) dari total pembangkitan harian, tenaga surya telah menjadi kontributor utama pada siang hari. Pergeseran ini menyebabkan peningkatan beban pada jaringan listrik setelah matahari terbenam, menekankan perlunya pengembangan sistem penyimpanan energi, perluasan proyek energi terbarukan hibrida, dan penerapan manajemen permintaan listrik dari sisi konsumen. “Karena lonjakan permintaan listrik malam hari kini hampir menyamai permintaan siang hari, tren ini menegaskan perlunya segera mengembangkan sistem penyimpanan energi, memperluas proyek energi terbarukan hibrida, dan menerapkan manajemen permintaan listrik dari sisi konsumen,” kata Saloni Sachdeva Michael, Spesialis Energi di IEEFA Asia Selatan.Kombinasi antara peningkatan pasokan dari Tiongkok dan pergeseran signifikan dalam dinamika permintaan dari India, kedua negara konsumen batu bara terbesar di dunia, secara kolektif memberikan tekanan jual yang signifikan pada harga batu bara internasional, membuat pasar berada dalam kondisi pelemahan yang berkelanjutan.