
EMAS Harga Melonjak di Tengah Spekulasi Trump-Powell; Freeport Harap Serapan Domestik 100% Hindari Bea Keluar Emas
Harga emas dunia mengalami rebound yang signifikan pada Rabu (16 Juli 2025), ditutup menguat 0,72% pada US$ 3.349/troy ons, setelah sempat melemah dua hari beruntun yang menyebabkan harga berkurang hampir 1%. Lonjakan ini, yang sempat mencapai 1,6%, terutama dipicu oleh permintaan safe haven saat pasar bereaksi terhadap meningkatnya spekulasi di Amerika Serikat mengenai kemungkinan pemecatan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell oleh Presiden Donald Trump.
Rumor semakin intensif setelah Anggota DPR dari Partai Republik, Anna Paulina Luna, mencuit bahwa ia “99% yakin” pemecatan Powell akan segera terjadi. Namun, reaksi kuat pasar awal mereda secara signifikan setelah Presiden Trump mengklarifikasi bahwa langkah tersebut “sangat tidak mungkin” kecuali karena alasan penipuan. Konfirmasi ini membuat kenaikan harga emas melandai hingga di bawah 1% saat penutupan pasar, memberikan sedikit kelegaan bagi pelaku pasar. Secara teknikal, emas berada di zona bullish dengan Relative Strength Index (RSI) sebesar 52 dan Stochastic RSI di 67, mengindikasikan area beli yang cukup kuat, meskipun analis memprediksi koreksi terbatas menuju US$ 3.347/troy ons sebelum potensi resisten di US$ 3.354/troy ons.
Di pasar domestik, dampak pergerakan harga global langsung terasa. Pada Kamis (17 Juli 2025), harga emas batangan Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) naik Rp 11.000/gram, mencapai Rp 1.919.000/gram. Demikian pula, harga buyback oleh Antam juga bertambah Rp 11.000, menjadi Rp 1.763.000/gram.
Volatilitas pasar emas juga menyoroti produksi domestik dan kebijakan pemerintah. Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas, sangat berharap agar Antam atau perusahaan domestik lainnya dapat menyerap 100% emas yang mereka produksi di smelter Manyar, Gresik, Jawa Timur. Ini merupakan langkah strategis yang bertujuan membantu PTFI terhindar dari wacana pengenaan bea keluar (BK) emas, yang sedang dipertimbangkan pemerintah untuk diterapkan mulai tahun 2026.
Tony menjelaskan bahwa smelter PTFI mampu memproduksi emas dengan kadar kemurnian 99,99%, meskipun sebagian hasil produksinya saat ini memiliki kadar sedikit di bawah angka tersebut. Ia mencatat bahwa sekitar 50% emas Freeport (terutama produk dengan kemurnian lebih rendah) saat ini diekspor, sementara emas berkemurnian tinggi dialokasikan untuk pasar domestik, termasuk Antam. Antam sendiri telah menandatangani perjanjian jual beli untuk mengakuisisi 30 ton emas murni dari Freeport, yang kemudian akan diolah lebih lanjut di fasilitas pemurnian logam mulia Antam.
Target produksi emas PTFI (RKAB) menunjukkan tren penurunan, dari 1,84 juta ons pada tahun 2024 menjadi proyeksi 1,66 juta ons pada tahun 2025, dan selanjutnya turun menjadi 1,45 juta ons pada tahun 2026. Rencana pemerintah untuk mengenakan bea keluar pada emas (dan batu bara) berasal dari rekomendasi Panitia Kerja (Panja) Penerimaan Komisi XI DPR RI, bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dari lini kepabeanan dan cukai, sebagaimana dirinci dalam laporannya tanggal 7 Juli 2025.
Sumber : Bloomberg